" Mariam.. mariam…
Dasar! Anak yang tak tau diri,
nyakitin hati orang tua sampai mati!!”
“ untung bukan
anak saya!! Ih…amit-amit deh jangan sampai anak saya kayak begitu! “
“ tak tau malu yah..
masih juga berani datang ke sini! Pak RT lagi, kenapai ga ngusir pelacur itu! ”
Perkataan demi perkataan dari mulut mereka bagai jarum
yang tak hentinya menusuk jantung si mariam, yah..itu lah namanya siti mariam, ia juga merasa tak pantaslah
dengan nama siti mariam, salah seorang putri rosul yang benar-benar menjaga
kesuciannya, tak seperti dirinya yang telah menyandang gelar ’ayam kampus’.
Biarpun kini ia melontarkan sejuta alasannya menjadi ayam kampus tak membuat
pekerjaan itu akan halal atau bahkan di kasihani orang, sebaliknya akibat
ulahnya tersebut membuat ayah yang menjadi alasan pertama ia berbuat demikian,
kini menghadap sang pencipta.
” kapan kau akan meninggalkan kampung
ini?!” tanya sinis bu RT
” saya belum tau,
lagi pula upacara pemakaman ayah barulah selesai” ucapnya lembut dengan paras
ayu
” jangan terlalu
lama tinggal di kampung ini” serunya datar
Kini tak ada seorang pun yang menginginkan ke hadirannya
di dunia ini, yang ada hanyalah segelintir om.. om.. yang siap membawanya ke
hotel-hotel mewah di bandung.
***
Malam itu mariam bermimpi
Melihat sosok ibunya yang cantik tak kalah dengan dirinya
sedang mengobrol dengan ibu-ibu pengajian
“ anak gadis ku itu
pintar sekali, ia bisa mendapatkan beasiswa kuliah loh bu… “
“ benarkah? “
“ kemarin ia mengirim surat, katanya saya gak perlu kawatir
dengan uang kuliahnya, karna dia dapat beasiswa “
“ senangnya punya anak
pintar “
“ yah…. Begitulah
awalnya juga saya khawatir dengan mariam apalagi bapaknya sakit-sakitan terus, mengingat
usaha keluarga kami bangkrut, terlintas dibenak saya untuk menyuruhnya berhenti
kuliah, tapi dengan surat dan sejumlah uang yang ia berikan buat pengobatan bapaknya,
saya lega sekali. Alhamdulillah Allah memberikan jalan keluarnya”
Mariam akhirnya terbangun dari tidurnya dengan
titik-titik keringat tersebar dikeningnya, seketika air mata jatuh terurai
begitu saja, Ia pun jadi teringat kabar ibunya yang baru seminggu masuk rumah
sakit jiwa. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi,
setelahnya ia pun bersujud di tengah tahajudnya dilanjutkanlah dengan sholat
tobat.
***
Sekilas rumah sakit ini tak ada bedanya dengan rumah
sakit lain, pikirnya saat itu. Ia bahkan tak menyangka sedikitpun ibunya sampai
tinggal disini bahkan disebabkan oleh dirinya, pandangannya kemudian tertuju
pada seorang wanita tua yang cantik yang sedang melamun di kursi kayu dekat
kolam ikan, tak beberapa langkah berjalan mariampun berhenti, iapun duduk di
samping wanita tua dengan pandangan kosongnya. Kemudian seorang gadis muda
berpakaian putih-putih datang pula menghampiri,
” ibu.. mari masuk dulu, ibukan belum
sarapan!!” ucapnya lembut
” ga mau... saya lagi nunggu mariam
pulang kuliah ”
” iya.... nunggunya nanti saja, setelah
ibu selesai sarapan ”
Mariam yang duduk di samping ibunya akhirnya sadar akan
berapa besar kekecewaan yang ia tanamkan di hati kedua orang tuanya,
Mariam hanya diam memandangi ketulusan suster muda itu
yang begitu sabar mengurus ibunya juga pasien yang lainnya, andai ia bisa
seperti suster itu
” suster...suster... juga tunggu saja
bareng ibu, tar kalau anak ibu sudah datang, suster pasti dikasih oleh-oleh,
anak saya kan kuliah di bandung, dia pinter loh dapat beasiswa, suster waktu
kuliah gimana?”
” ah... saya tidak sepintar anak ibu,”
Mariam akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit
itu, ia tidak tahan melihat luka-luka dalam diri ibunya yang semakin jelas
dilihatnya.
***
Mariam memutuskan untuk pulang berjalan kaki ia tak
mencoba menghentikan angkot atau ojek sekalipun, mariam berjalan pelan menapaki
kakinya yang terus menerus beromba-lomba menjadi terdepan, dirinya tak
memikirkan bahwa seharusnya dia sudah sampai di rumah jika saja dia menaiki
angkot, mariam berharap kakinya tak membawanya memasuki perkampungan yang tak
menghendaki kehadiranya, ia kini lebih suka kepanasan dan di baluti asap
kendaraan di jalanan daripada dirumahnya yang asri, pikirnya saat itu di jalanan
kehidupanya bisa lebih tenram karna tak ada seorangpun yang kenal atau
mengetahui siapa sebenarnya dirinya
***
Sesampainya dirumah mariam tlah disambut oleh sebagian
besar penduduk kampung, bukan lah rasa senang atau rindu yang terpancar di
raut-raut penduduk kampung yang tlah menunggunya hampir satu jam itu namun raut
wajah orang yang penuh kebencian
” heh...pelacur!!
dari mana saja kau ” ucap bu mira pedagang warung di persimpangan jalan sebelah
” hah... paling
habis mangkal lagi ” ucap ibu-ibu yang satunya lagi
” sudah... sudah....
jangan ribut!! ” tegur pak rt lantang
” pak Rt ngebelain
pelacur ini yah?! Jangan-jangan pak rt suka lagi sama pelacur hina macam dia”
ucap pak tarjo
Lucu sekali, bukanya pak tarjo yang dulu meminta saya
untuk menemaninya saat ia masih menjadi sopir taksi di bandung, dengan liciknya
pria berkumis tebal itu menuduh pak RT yang bijaksana, aku masih ingat saat
kami tak sengaja bertemu, saat itu aku berdandan rapi seperti malam yang
biasanya, andai saja aku sudah tau bahwa pak tarjo yang ternyata memesanku tak
akan pernah ku lewati peristiwa terkutuk itu, mungkin saja jika pertemuan itu
tak pernah terjadi ayah tak akan meninggal dan ibu pun tak perlu tinggal di
rumah sakit jiwa. Aku memang sama hinanya dengan pak tarjo tapi tak semunapik
dia yang menuduh orang baik. Pikir ku dalam hati berandai-andai
” bukannya membela,
tapi selesaikanlah masalah ini dengan kepala dingin, jangan dengan emosi”
ucapnya menasehati
” justru
menghadapi pelacur hina macam dia harus dengan emosi”
“ iya...
benar..benar...” jawab mereka dengan semangat seakan-akan hanya mariamlah yang
memiliki dosa
Keringat dingin mulai bercucuran di kening mariam yang
sebagianya tertutup kerudung, ia menyedari bahwa dirinya berada dalam situasa
yang amat buruk, tak ada yang diaperbuatnya selain pasrah dan memohon
pertolongan dari Allah swt yang baru ia dekati semalam.
“ sabar...sabar... dulu!! “ ucap pak
RT sekali lagi
Sanggupkah pak rt menghalau amarah para penduduk desa?
Pikir mariam saat itu
“ ah.... persetan dengan sabar,
kita harus menegakkan hukum islam,
sekarang rajam si pelacur ini”
hukum islam? Apa benar yang mereka akan lakukan padaku
adalah menurut syariat islam? Jika memang benar aku ikhlas menerimanya, semoga
Allah bisa mengampuni dosa-dosa ku dengan aku yang harus di rajam. Kali ini aku
mulai merasakan pukulan demi pukulan mendarat di sekujur tubuhku aku tidak bisa
menghitung berapa banyak orang memukuli ku, aku ikhlas menerima semuanya jika
memang itu pantas bagiku di mata agama, namun seseorang mulai menarik-narik
kerudungku, padahal mulai hari ini aku tlah memutuskan akan selamanya menutup
aurat ini, dan kini rambutku tlah terurai, lalu seseorang membawa gunting memotong
rambutku tak karuan dan...mereka mengguntingi pakaian ku. Pikir ku lemas
tiba-tiba semuanya terasa menjadi gelap kemudian aku
seakan tlah di bawa ke tempat lain. Tempat yang baru pertama kali ku kunjungi
dan sejauh ku memndang tak ada siapapun di tempat ini selain aku dan dia, dia
yang mengaku sebagai malaikat ijro’il.
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar