Sabtu, 31 Maret 2012

BUKAN PERAWAN


  " Mariam.. mariam…
Dasar! Anak yang tak tau diri, nyakitin hati orang tua sampai mati!!”
“ untung bukan anak saya!! Ih…amit-amit deh jangan sampai anak saya kayak begitu!
“ tak tau malu yah.. masih juga berani datang ke sini! Pak RT lagi, kenapai ga ngusir pelacur itu! ”

Perkataan demi perkataan dari mulut mereka bagai jarum yang tak hentinya menusuk jantung si mariam, yah..itu lah namanya  siti mariam, ia juga merasa tak pantaslah dengan nama siti mariam, salah seorang putri rosul yang benar-benar menjaga kesuciannya, tak seperti dirinya yang telah menyandang gelar ’ayam kampus’. Biarpun kini ia melontarkan sejuta alasannya menjadi ayam kampus tak membuat pekerjaan itu akan halal atau bahkan di kasihani orang, sebaliknya akibat ulahnya tersebut membuat ayah yang menjadi alasan pertama ia berbuat demikian, kini menghadap sang pencipta.

” kapan kau akan meninggalkan kampung ini?!” tanya sinis bu RT
” saya belum tau, lagi pula upacara pemakaman ayah barulah selesai” ucapnya lembut dengan paras ayu
” jangan terlalu lama tinggal di kampung ini” serunya datar

Kini tak ada seorang pun yang menginginkan ke hadirannya di dunia ini, yang ada hanyalah segelintir om.. om.. yang siap membawanya ke hotel-hotel mewah di bandung.

***

Malam itu mariam bermimpi
Melihat sosok ibunya yang cantik tak kalah dengan dirinya sedang mengobrol dengan ibu-ibu pengajian

“ anak gadis ku itu pintar sekali, ia bisa mendapatkan beasiswa kuliah loh bu… “
“ benarkah? “
“ kemarin ia mengirim surat, katanya saya gak perlu kawatir dengan uang kuliahnya, karna dia dapat beasiswa “
“ senangnya punya anak pintar “
“ yah…. Begitulah awalnya juga saya khawatir dengan mariam apalagi bapaknya sakit-sakitan terus, mengingat usaha keluarga kami bangkrut, terlintas dibenak saya untuk menyuruhnya berhenti kuliah, tapi dengan surat dan sejumlah uang yang ia berikan buat pengobatan bapaknya, saya lega sekali. Alhamdulillah Allah memberikan jalan keluarnya”

Mariam akhirnya terbangun dari tidurnya dengan titik-titik keringat tersebar dikeningnya, seketika air mata jatuh terurai begitu saja, Ia pun jadi teringat kabar ibunya yang baru seminggu masuk rumah sakit jiwa. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, setelahnya ia pun bersujud di tengah tahajudnya dilanjutkanlah dengan sholat tobat.

***

Sekilas rumah sakit ini tak ada bedanya dengan rumah sakit lain, pikirnya saat itu. Ia bahkan tak menyangka sedikitpun ibunya sampai tinggal disini bahkan disebabkan oleh dirinya, pandangannya kemudian tertuju pada seorang wanita tua yang cantik yang sedang melamun di kursi kayu dekat kolam ikan, tak beberapa langkah berjalan mariampun berhenti, iapun duduk di samping wanita tua dengan pandangan kosongnya. Kemudian seorang gadis muda berpakaian putih-putih datang pula menghampiri,

” ibu.. mari masuk dulu, ibukan belum sarapan!!” ucapnya lembut
” ga mau... saya lagi nunggu mariam pulang kuliah ”
” iya.... nunggunya nanti saja, setelah ibu selesai sarapan ”

Mariam yang duduk di samping ibunya akhirnya sadar akan berapa besar kekecewaan yang ia tanamkan di hati kedua orang tuanya,
Mariam hanya diam memandangi ketulusan suster muda itu yang begitu sabar mengurus ibunya juga pasien yang lainnya, andai ia bisa seperti suster itu

” suster...suster... juga tunggu saja bareng ibu, tar kalau anak ibu sudah datang, suster pasti dikasih oleh-oleh, anak saya kan kuliah di bandung, dia pinter loh dapat beasiswa, suster waktu kuliah gimana?”
” ah... saya tidak sepintar anak ibu,”

Mariam akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit itu, ia tidak tahan melihat luka-luka dalam diri ibunya yang semakin jelas dilihatnya.

***

Mariam memutuskan untuk pulang berjalan kaki ia tak mencoba menghentikan angkot atau ojek sekalipun, mariam berjalan pelan menapaki kakinya yang terus menerus beromba-lomba menjadi terdepan, dirinya tak memikirkan bahwa seharusnya dia sudah sampai di rumah jika saja dia menaiki angkot, mariam berharap kakinya tak membawanya memasuki perkampungan yang tak menghendaki kehadiranya, ia kini lebih suka kepanasan dan di baluti asap kendaraan di jalanan daripada dirumahnya yang asri, pikirnya saat itu di jalanan kehidupanya bisa lebih tenram karna tak ada seorangpun yang kenal atau mengetahui siapa sebenarnya dirinya

***

Sesampainya dirumah mariam tlah disambut oleh sebagian besar penduduk kampung, bukan lah rasa senang atau rindu yang terpancar di raut-raut penduduk kampung yang tlah menunggunya hampir satu jam itu namun raut wajah orang yang penuh kebencian

” heh...pelacur!! dari mana saja kau ” ucap bu mira pedagang warung di persimpangan jalan sebelah
” hah... paling habis mangkal lagi ” ucap ibu-ibu yang satunya lagi
” sudah... sudah.... jangan ribut!! ” tegur pak rt lantang
” pak Rt ngebelain pelacur ini yah?! Jangan-jangan pak rt suka lagi sama pelacur hina macam dia” ucap pak tarjo

Lucu sekali, bukanya pak tarjo yang dulu meminta saya untuk menemaninya saat ia masih menjadi sopir taksi di bandung, dengan liciknya pria berkumis tebal itu menuduh pak RT yang bijaksana, aku masih ingat saat kami tak sengaja bertemu, saat itu aku berdandan rapi seperti malam yang biasanya, andai saja aku sudah tau bahwa pak tarjo yang ternyata memesanku tak akan pernah ku lewati peristiwa terkutuk itu, mungkin saja jika pertemuan itu tak pernah terjadi ayah tak akan meninggal dan ibu pun tak perlu tinggal di rumah sakit jiwa. Aku memang sama hinanya dengan pak tarjo tapi tak semunapik dia yang menuduh orang baik. Pikir ku dalam hati berandai-andai

” bukannya membela, tapi selesaikanlah masalah ini dengan kepala dingin, jangan dengan emosi” ucapnya menasehati
” justru menghadapi pelacur hina macam dia harus dengan emosi”
“ iya... benar..benar...” jawab mereka dengan semangat seakan-akan hanya mariamlah yang memiliki dosa

Keringat dingin mulai bercucuran di kening mariam yang sebagianya tertutup kerudung, ia menyedari bahwa dirinya berada dalam situasa yang amat buruk, tak ada yang diaperbuatnya selain pasrah dan memohon pertolongan dari Allah swt yang baru ia dekati semalam.

“ sabar...sabar... dulu!! “ ucap pak RT sekali lagi

Sanggupkah pak rt menghalau amarah para penduduk desa? Pikir mariam saat itu

“ ah.... persetan dengan sabar,
kita harus menegakkan hukum islam, sekarang rajam si pelacur ini”

hukum islam? Apa benar yang mereka akan lakukan padaku adalah menurut syariat islam? Jika memang benar aku ikhlas menerimanya, semoga Allah bisa mengampuni dosa-dosa ku dengan aku yang harus di rajam. Kali ini aku mulai merasakan pukulan demi pukulan mendarat di sekujur tubuhku aku tidak bisa menghitung berapa banyak orang memukuli ku, aku ikhlas menerima semuanya jika memang itu pantas bagiku di mata agama, namun seseorang mulai menarik-narik kerudungku, padahal mulai hari ini aku tlah memutuskan akan selamanya menutup aurat ini, dan kini rambutku tlah terurai, lalu seseorang membawa gunting memotong rambutku tak karuan dan...mereka mengguntingi pakaian ku. Pikir ku lemas


tiba-tiba semuanya terasa menjadi gelap kemudian aku seakan tlah di bawa ke tempat lain. Tempat yang baru pertama kali ku kunjungi dan sejauh ku memndang tak ada siapapun di tempat ini selain aku dan dia, dia yang mengaku sebagai malaikat ijro’il.



tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar