Sabtu, 31 Maret 2012

BAYANGAN YANG HILANG


 

Meski matahari tlah berselimut di balik bulan, Jakarta tak pernah bisa terlelap, terus menerus berjalan bertongkat lampu-lampu kota yang berlomba-lomba memancarkan cahaya, berjalan di kehidupan yang kejam yang bisa merubah seseorang terkecuali maemunah, malam ini pun ia masih setia memandang langit tanpa bintang di apartemennya di lantai delapan. Pikirnya sewaktu muda Jakarta adalah kota yang memberikan kebahagiaan namun sebaliknya selama ia berselimut di Jakarta tak pernah lagi senyuman datang pada bibir tipisnya. Apalagi melihat diri suaminya yang sudah suram dengan asap mobil.

Suara pintu di buka

Seorang pria berdasi memasuki apartemennya tanpa mengucap salam, maemunah sudah dapat menebak bahwa pria itu pastilah suaminya, segera wanita itu menyambut kedatangan pria yang sudah lama telah hidup dalam hatinya dan setiap aliran darahnya.

“ malam sekali pulangnya? “
“ ada urusan sedikit “ ucap dadang datar
“ sudah solat? “
“ masih capek, aku mau tidur saja”

Hatinya merasa diremas remas, bukankah dulu dadang adalah pemuda soleh nan baik hati? Oleh sebab itulah dirinya mau di persunting pria berbadan tinggi ini.

” aku rindu pada mu aa ” ucapnya seraia berbisik
” apa? ”
” rindu mendengar suaramu saat kau mengaji, rindu kau saat... ”
” aku ini sibuk!! Tiap hari harus pergi cari duit, itu semua untuk siapa?! Bukankah untuk mu sendiri.?!”
” maksudku bukan begitu..”
” diam !!!! jangan buatku kesal ”

Hari demi hari terus berganti namun peristiwa malam itu serasa terus menerus terulang lengkap dengan dialog yang sama

¤

Pagi itu tak seperti biasanya memunah menyiapkan sarapan dengan menu pisang goreng, pikirnya saat itu semoga dengan pisang goreng ini suaminya dapat ’kembali lagi’

” Mana sarapannya? ”
” Tarat!!!! ” dengan suara yang penuh semangat
” hah?” dengan wajah tanya dadang mengangkat sebelah alisnya

Matanya tertuju pada goreng pisang yang dimasak agak gosong ditangan maemunah, yang penuh harapan.

” Pisang goreng? Ini kesukaan aa kan? ”
” Kau mengejek hah?! ”
” Apa?...”
” Jangan pura-pura bego!!!”
” Inikan kesukaan aa? ” sekali lagi wanita itu menejelaskan
” Itu kesukaan si Dadang si buruh bangunan, bukan Pak dadang pengusaha bahan bangunan terkenal! ”

................................................................................................................

Maemunah tak melanjutkan lagi perdebatan pisang goreng yang tadi, ia sangat mengerti sipat suaminya, dan akhir dari perdebatan itupun sudah bisa ditebaknya, biarlah ia mengalah lagi dan menelan pil pahit di pagi hari dengan harapan yang salah sepertinya.
Beberapa saat kemudian roti bakar yang baru sesaat tadi matang telah mulai masuk dilahap dadang sesuap demi sesuap kemulutnya yang berkumis tebal.

¤


Jum’at pukul 12.30 WIB
Maemunah masih menyimpan segudang harapan bagi suaminya, berharap pria itu akan kembali seperti dahulu lagi, kali ini wanita manis itu mengunjungi toko matrial milik suaminya, sambil membawa serantang makan siang special.
Semoga serantang makan siang ini bisa mengingatkan dadang ketika mereka masih pacaran dulu di kampung halaman mereka, di sebuah desa yang sangat kecil dan terpencil. Saat itu dadang masih menjadi kuli bangunan dan maemunah pun barulah lulus sekolah dasar. Tapi pikiran gadis kecil itu sudah melambung jauh ke pernikahan.
Siang itu maemunah rela mencuri nasi dan sayur asam emaknya untuk ia berikan pada dadang yang bekerja membuatkan kandang kambing pak sutomo. Hingga akhirnya kaki maemunah merah-merah dipukuli pake lidi oleh nenek tua yang ia panggil dengan sebutan emak. tak sedikit pun rasa sesal melekat dihati maemunah saat itu malah rasa kesal memenuhi jantungnya pada pak sutomo yang mengadukan ulah gadis bau kencur itu pada emaknya yang galak. Bayangan kecil yang lucu dan membuatnya tersenyum malu saat mengingatnya.
.............................................................................................................................................
Setengah jam kemudian akhirnya maemunah sampai, tempatnya lumayan dekat. Namun karena jam makan siang jalanya agak macet.

¤

Sesampainya di ruang kerja dadang, hati maemunah berbunga-bunga melihat tubuh suaminya yang ketiduran di kursi kerjanya. Beberapa menit lamanya ia pandangi wajah dadang yang terlihat kelelahan. Tanpa disadari tangannya yang lembut mengusap titik-titik kringat yang jatuh dikening suaminya.
Tubuh yang tadinya tertidur pulas itu kemudian terbangun seketika.

          ” eh... Aa, keganggu yah?”
          ” kau? ”

mata dadang masih layu dan sedikit merah, beberapa kali ia menguap.

          ” Aku bawakan makan siang,”

Tanganya dengan cepat mengait gagang rantang, dan membukanya satu persatu, ditunjukannya makanan kesukaan dadang. Satu rantang berisi nasi, sayur asam, tempe goreng dan sambel plus lalabanya. Dadang hanya menatap satu persatu makanan yang disodorkan oleh istrinya dengan wajah yang sedikit kesal.

          ” kita makan bareng yuk! ”
          ” kau saja makan, ”
          ” eneng saja? A?”
          ” A udah makan ”
          ” tapi ini enak loh..., cobain dulu”

Ia menyodorkan sesendok sayur asam

          ” gimana? Enakkan?”
         ” lumayan,... aku sibuk! Bentar lagi harus ngirim dua truck pasir ke priuk”
         ” ya... udah sayurnya di bawa saja, takutnya aa laper dijalan”
         ” gak usah, kalau laper juga tinggal beli di jalan!”
         ” oh...begitu yah...” sorot matanya kembali redup. Kecewa.
         ” kau saja yang makan, ”
         ” iya..,” maemunah tak berani membantah perkataan suaminya lagi
         ” sudah dzuhur kan, Aa udah solat? Solat bareng yuk!! Disini ada musolah kan?”
         ” kau saja, aku tak sempat!”
         ” tapi Aa.... solat kan...”
         ” maemunah!!! Kau ini dari tadi ganggu saja kalau mau solat yah... solat sana!!! Ribet banget”
Bentakan dadang kali ini dengan suara yang keras membuat para pegawai meririk ke arah mereka berdua, ada rasa malu, kecewa, bahkan sakit hati dihati maemunah...
Tak mau pertengkaran yang memalukan baginya ini berlangsung lebih jauh maemunah segera bergegas ke musolah mengambil air wudu dan solat.

¤

Maemunah telah mengenakan kembali kerudungnya setelah sesaat yang tadi kerudungnya telah digantikanya dulu dengan mukena, setelah keluar dari musolah masih nampak dadang yang berdiri tegap mengangkat pinggang memandori kerja para pegawainya.
          Aku selalu berdo’a untuk mu Aa, semoga Allah SWT memberikan hidayah untuk mu agar kau bisa jadi si dadang
Selangkah demi selangkah kakinya menapaki bebatuan kecil menghampiri suaminya
          ” Aa...”
          ” kalau sudah, pulanglah.... aku sibuk”
” aku tau.., aku pulang a..”
” Munah...!! ” teriak dadang
” Emh....??”
” jangan tunggu aku pulang, nanti malam aku pulang telat! ”
” iya a....”
Iya aa....., aku tak akan menunggu atau bahkan menjemput dirimu a biarlah kau yang dulu kembali dengan sendirinya pada ku, biarlah juga segalanya kuserahkan hanya pada-Nya, semoga kau sadar bahwa kau telah berubah

Disebrang jalan sebuah angkutan kota melaju begitu cepat tak terkontrol. Maemunah terus berjalan dengan pikiranya yang sudah dari tadi kosong dan saat dadang menoleh dilihatnya tubuh istrinya tertabrak angkot dan jatuh ke tengah jalan disusul sebuah truck yang mengangkut kayu-kayu gelondongan ikut melaju pula di tengah jalan. Dan akhirnya dadang hendrawan hanya terpaku diam melihat tubuh istrinya berlumuran darah yang kini tak bernyawa lagi.
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar